Seru Tapi
Malu
Karya
: Nurdien Assalam
“Assholatukhoirumminannaum.”
Suara adzan telah berkumandang, namun
aku masih tertidur dalam mimpi indahku, mimpi di mana aku bisa lihat seluruh
cakrawala dalam bayangku. Tidak terasa adzan sudah berlalu. Aku mulai bangun
lalu melihat jam dinding di ruang keluarga.
“Weh, uwes esuk ta? Aku durung sholat
e.” Kataku dalam hati saat melihat jam sudah menunjukan pukul 05.30.
Segera aku ambil air wudhu dan sholat
shubuh. Setelah itu, aku segera mandi untuk menyegarkan tubuh ini yang masih
lesu. Hari ini adalah hari libur. Hari ini juga aku punya janjian dengan
teman-temanku sekolah untuk bermain dan mengerjakan tugas bahasa jawa. Aku
janjian dengan mereka untuk berkumpul pukul 09.00 di Limbah.
Tiba-tiba terdengar suara “tet tut
tet tet, tet tut tet tet.” dari balik bantal. Ternyata itu suara handphoneku
berbunyi tanda ada SMS masuk. Ternyata itu SMS dari Adhang, ia mengajakku untuk
berangkat bersama ke Limbah. Kami janjian untuk bertemu di dekat sekolahku.
Setelah itu segera aku berangkat dan
berhenti di dekat sekolahku untuk menunggu Adhang. Sudah 15 menit berlalu,
namun Adhang tak kunjung telihat. Akhirnya ia pun ku tinggal dengan hati yang
geram.
Sampai di Limbah tenyata jam sudah
menunjukan pukul 09.20, teman-temanku di sana sudah menunggu. Namun dalam hati
aku merasa janggal, tenyata di sana hanya ada Pepep, Ryan, Bowo, dan Yusop. Aku
tak melihat Adhang di sana.
“Di manakah gerangan?” ku berkata
dalam hati.
Segera aku bertanya dengan temanku di sana.
“Woy Bro, Adhang durung tekan kene
po? Mau tak tunggu yo ra teko e.” Kataku.
“Lha ra reti. Lha mau thok tunggu
neng endi e, Dien?” tanya pepep.
“Mau kudune luwih sabar kowe, Dien.
Sopo reti mau dheweke lagi neng dalan.” Bowo menyolot.
“Wah yo maaf, mau ki tak tunggu neng
sekolah.” Jawabku.
Tak
lama kemudian Adhang sudah datang dengan muka yang kecapekan. Ternyata ia tadi
ada masalah dengan sepedanya, rantainya lepas sehingga ia harus membenahi
dahulu.
Setelah itu, kami berencana untuk
bermain dahulu ke Selarong. Kami sudah lama tidak bermain bersama sehingga kami
merasa sangat bersemangat. Di perjalanan aku lihat banyak tumbuhan ang masih
asri jadi tidak heran jika udaranya sejuk.
Sampai di sana segera kami menitipkan
sepeda di tempat penitipan. Kami beruntung karena saat masuk ku lewatkan jalan
belakang tanpa diketahui petugas. Sehingga hanya membayar Rp 500,00 /orang.
“Hehehe, piye? Penak ta melu
dalanku?” kataku dengan bercanda.
“Halah podho wae, Dien. Tetep mbayar
kok.” Jawab Ryan dengan nada sinis.
“Yowes
ayo gek munggah!” ajak Pepep.
“Mengko sikek. Ayo dolanan
jungkat-jungkit sikek wae, hehehe.” Kata Yusop.
“Yo
ayo! Hahaha.” Kataku.
Akhirnya
hanya aku dan Yusop yang bermain jungkat-jungkit dan yang lain istirahat sambil
menunggu. Saat aku ingin turun, Yusop malah menggodaku. Ia tak ingin aku turun
sehingga akk dibuat selalu di atas. Namun yang lain malah tidak membantuku tapi
menggodaku juga.
“Sop, rasah nyebai ta dadi uwong ki!
Cepet mudhunke aku!” aku mulai marah.
“Mengko wae ta, Dien. Dolanan sikek
wae, hahaha.” Jawab usuf dengan bercanda.
“Hashh… karepmu!”
Ku paksa untuk turun, namun tiba-tiba
terdengar suara
“Kkkrrreeeeegg!!!”
Aku bingung suara itu berasal dari
mana, namun aku merasakan seperti ada udara yang masuk ke dalam celanaku.
Setelah ku lihat ternyata dugaanku benar, celanaku telah robek. Dan tiba-tiba
terdengar pula
“Cepret!”
Suara itu berasal dari handphone
milik Pepep yang sedang mengambil gambarku.
“Aaaarrggghh malunya aku hari ini!”
kataku dalam hati.
“Pep, kene Hp-mu! Ra trimo aku di
foto ngene ki! Cepet kene!” aku sangat kesal dengan ulahnya.
“Oo… tidak bisa, tak upload wae yo,
Dien. Hahaha.” Kata Pepep.
“Yowis
karepmu!” kataku.
Akhirnya
aku mengalah saja daripada masalahnya tidak kunjung selesai. Setelah itu kami
naik ke air ternjun dan memutuskan untuk mandi di sana.
“Yuhuu… seger tenan iki!” kataku.
“Ho’oh, Dien. Seger tenan! Hahaha.”
Kata Bowo.
Setelah selesai, kami segera turun ke
bawah air terjun. Di sana tak kalah segar dengan di atas air terjun. Kami
sangat asyik bermain hingga aku lupa kalau celananku telah sobek. Namun tiba-tiba
Bowo berteriak padaku.
“Woy Dien. Kae delokken!” sambil
menunjuk perempuan yang ada jauh di sana yang sambil melihatku.
Aku kaget setelah aku sadar dia
menertawakanku karena melihat celanaku yang telah sobek.
“Astaga, sialna hari ini bagiku!”
dalam hati ku berkata
Akhirnya rasa maluku sedikit hilang
saat kami akan pulang. Akhirnya pula kami tidak jadi mengerjakan tugas karena
sudah capek semua. Pengalaman ini tidak akan pernah ku lupakan. Seru tapi malu!
Hahaha. (NURDIEN/17/IXB)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar