Sabtu, 27 April 2013

Cerpen Lucu


            Seru Tapi  Malu
Karya : Nurdien Assalam



            “Assholatukhoirumminannaum.”
Suara adzan telah berkumandang, namun aku masih tertidur dalam mimpi indahku, mimpi di mana aku bisa lihat seluruh cakrawala dalam bayangku. Tidak terasa adzan sudah berlalu. Aku mulai bangun lalu melihat jam dinding di ruang keluarga.
“Weh, uwes esuk ta? Aku durung sholat e.” Kataku dalam hati saat melihat jam sudah menunjukan pukul 05.30.

Segera aku ambil air wudhu dan sholat shubuh. Setelah itu, aku segera mandi untuk menyegarkan tubuh ini yang masih lesu. Hari ini adalah hari libur. Hari ini juga aku punya janjian dengan teman-temanku sekolah untuk bermain dan mengerjakan tugas bahasa jawa. Aku janjian dengan mereka untuk berkumpul pukul 09.00 di Limbah.
Tiba-tiba terdengar suara “tet tut tet tet, tet tut tet tet.” dari balik bantal. Ternyata itu suara handphoneku berbunyi tanda ada SMS masuk. Ternyata itu SMS dari Adhang, ia mengajakku untuk berangkat bersama ke Limbah. Kami janjian untuk bertemu di dekat sekolahku.
Setelah itu segera aku berangkat dan berhenti di dekat sekolahku untuk menunggu Adhang. Sudah 15 menit berlalu, namun Adhang tak kunjung telihat. Akhirnya ia pun ku tinggal dengan hati yang geram.
Sampai di Limbah tenyata jam sudah menunjukan pukul 09.20, teman-temanku di sana sudah menunggu. Namun dalam hati aku merasa janggal, tenyata di sana hanya ada Pepep, Ryan, Bowo, dan Yusop. Aku tak melihat Adhang di sana.
“Di manakah gerangan?” ku berkata dalam hati.
Segera aku bertanya dengan temanku di sana.
“Woy Bro, Adhang durung tekan kene po? Mau tak tunggu yo ra teko e.” Kataku.
“Lha ra reti. Lha mau thok tunggu neng endi e, Dien?” tanya pepep.
“Mau kudune luwih sabar kowe, Dien. Sopo reti mau dheweke lagi neng dalan.” Bowo menyolot.
“Wah yo maaf, mau ki tak tunggu neng sekolah.” Jawabku.

Tak lama kemudian Adhang sudah datang dengan muka yang kecapekan. Ternyata ia tadi ada masalah dengan sepedanya, rantainya lepas sehingga ia harus membenahi dahulu.
Setelah itu, kami berencana untuk bermain dahulu ke Selarong. Kami sudah lama tidak bermain bersama sehingga kami merasa sangat bersemangat. Di perjalanan aku lihat banyak tumbuhan ang masih asri jadi tidak heran jika udaranya sejuk.
Sampai di sana segera kami menitipkan sepeda di tempat penitipan. Kami beruntung karena saat masuk ku lewatkan jalan belakang tanpa diketahui petugas. Sehingga hanya membayar Rp 500,00 /orang.
“Hehehe, piye? Penak ta melu dalanku?” kataku dengan bercanda.
“Halah podho wae, Dien. Tetep mbayar kok.” Jawab Ryan dengan nada sinis.
“Yowes ayo gek munggah!” ajak Pepep.
“Mengko sikek. Ayo dolanan jungkat-jungkit sikek wae, hehehe.” Kata Yusop.
“Yo ayo! Hahaha.” Kataku.

Akhirnya hanya aku dan Yusop yang bermain jungkat-jungkit dan yang lain istirahat sambil menunggu. Saat aku ingin turun, Yusop malah menggodaku. Ia tak ingin aku turun sehingga akk dibuat selalu di atas. Namun yang lain malah tidak membantuku tapi menggodaku juga.
“Sop, rasah nyebai ta dadi uwong ki! Cepet mudhunke aku!” aku mulai marah.
“Mengko wae ta, Dien. Dolanan sikek wae, hahaha.” Jawab usuf dengan bercanda.
“Hashh… karepmu!”
Ku paksa untuk turun, namun tiba-tiba terdengar suara
“Kkkrrreeeeegg!!!”
Aku bingung suara itu berasal dari mana, namun aku merasakan seperti ada udara yang masuk ke dalam celanaku. Setelah ku lihat ternyata dugaanku benar, celanaku telah robek. Dan tiba-tiba terdengar pula
“Cepret!”
Suara itu berasal dari handphone milik Pepep yang sedang mengambil gambarku.
“Aaaarrggghh malunya aku hari ini!” kataku dalam hati.
“Pep, kene Hp-mu! Ra trimo aku di foto ngene ki! Cepet kene!” aku sangat kesal dengan ulahnya.
“Oo… tidak bisa, tak upload wae yo, Dien. Hahaha.” Kata Pepep.
“Yowis karepmu!” kataku.

Akhirnya aku mengalah saja daripada masalahnya tidak kunjung selesai. Setelah itu kami naik ke air ternjun dan memutuskan untuk mandi di sana.
“Yuhuu… seger tenan iki!” kataku.
“Ho’oh, Dien. Seger tenan! Hahaha.” Kata Bowo.
Setelah selesai, kami segera turun ke bawah air terjun. Di sana tak kalah segar dengan di atas air terjun. Kami sangat asyik bermain hingga aku lupa kalau celananku telah sobek. Namun tiba-tiba Bowo berteriak padaku.
“Woy Dien. Kae delokken!” sambil menunjuk perempuan yang ada jauh di sana yang sambil melihatku.
Aku kaget setelah aku sadar dia menertawakanku karena melihat celanaku yang telah sobek.
“Astaga, sialna hari ini bagiku!” dalam hati ku berkata
Akhirnya rasa maluku sedikit hilang saat kami akan pulang. Akhirnya pula kami tidak jadi mengerjakan tugas karena sudah capek semua. Pengalaman ini tidak akan pernah ku lupakan. Seru tapi malu! Hahaha. (NURDIEN/17/IXB)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar